BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam proses kegiatan dakwah, faktor motivasi menjadi penentu bagi keberhasilannya. Adapun tujuan motivasi bagi seorang da’i adalah menggerakkan atau memacu objek dakwah (mad’u) agar timbul kesadaran membawa perubahan tingkah laku sehingga tujuan dakwah dapat tercapai. Dan seorang da’i dituntut untuk mengarahkan tingkah laku mad’u sesuai dengan tujuan dakwah kemudian menopang tingkah laku mad’u dengan menciptakan lingkungan yang dapat menguatkan dorongan-dorongan tersebut. Selanjutnya suatu organisme yang dimotivasi akan melakukan aktifitasnya secara lebih giat dan lebih efisien dibandingkan dengan organisme yang beraktifitas tanpa motivasi. Selain menguatkan organisme, motivasi cenderung mengarahkan kepada suatu tingkah laku tertentu.
Namun, tidak semua motivasi yang telah direncanakan tersebut berjalan mulus tanpa sandungan sedikitpun. Permasalahan seringkali muncul yang berkaitan dengan pemberian motivasi dalam dakwah, yaitu ketika da’i dalam mengarahkan tingkah laku mad’u tidak sesuai dengan tujuan dakwah tersebut, seperti pribadi da’i yang mungkin kurang dapat diterima, seperti watak yang keras, kaku, angkuh, sombong, materialistis, sifat yang tidak terpuji dan tingkah laku yang tidak mencerminkan seorang da’i, juga dari materi yang disampaikan kurang tepat sasaran, tidak sesuai dengan kebutuhan dan tidak sesuai dengan kadar kemampuan, juga dari teknis penyampaian dakwah tidak sesuai dengan keadaan yang menerima, dan dari alat yang dipergunakan tidak banyak menunjang keberhasilan dakwah, serta dari tujuan tidak jelas dan mungkin belum dihayati sehingga proses dakwah berjalan tanpa arah. Kejadian ini dapat diidentifikasi sebagai minimnya motivasi dakwah yang diberikan da’i kepada audien (mad’u) .
Dari contoh kejadian kasus di atas, dapat diambil suatu pertanyaan, “Bagaimanakah sebetulnya pengertian motivasi dalam dakwah ?” Realitas ini sangat penting untuk dibahas dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian motif dan motivasi
Istilah motif mengacu pada sebab atau mengapa seseorang berperilaku. Dari kata motif ini terbentuk kata motivasi. Sartain dalam Psychology Understanding of Human Behavior seperti yang dikutip oleh Ngalim Poerwanto menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku ke suatu tujuan atau perangsang .
Motif adalah impulse atau dorongan yang memberi energi pada tindakan manusia sepanjang lintasan kognitif atau perilaku ke arah pemuasan kebutuhan. Motif tidak harus dipersepsikan secara sadar, ia lebih merupakan suatu keadaan perasaan. Motif bukan hanya merupakan suatu dorongan fisik, tetapi juga merupakn orientasi kognitif elementer yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan. Suatu organisme yang dimotivasiakan melakukan aktivitasnya secara lebih giat dan lebih efisien dibandingkan dengan organisme yang beraktivitas tanpa motivasi. Selain menguatkan organisme, motivasi cenderung mengarahkan kepada suatu tingkah laku tertentu
Motivasi berasal dari kata motive. Motive berasal dari kata “motion” yang berarti “gerakan”. Menurut Vroom seperti yang dikutip Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bentuk-bentuk kegiatan yang dikehendaki. Istilah motivasi ini mencakup sejumlah konsep seperti dorongan (drive), kebutuhan (need), rangsangan, ganjaran dan sebagainya. Jadi dapat dijelaskan bahwa motif merupakan dorongan yang timbul dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah pendorong kepada suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak untuk melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Jadi, motif cenderung instrinsik sedangkan motivasi cenderung ekstrinsik. Atau dapat dikatakan motivasi adalah pendorong munculnya motif.
Pengertian motivasi menurut beberapa pakar :
a. Fillmore H. Sandford menjelaskan motivasi adalah kondisi yang menggerakkan suatu makhluk yang mengarahkannya kepada sesuatu tujuan atau beberapa tujuan dari tingkat tertentu.
b. Chung dan Meggison, motivasi merupakan perilaku yang ditujukan kepada sasaran, motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan.
c. Stoner & Freeman, motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu.
c. Stoner & Freeman, motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu.
d. Kartini Kartono, motivasi adalah dorongan terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu. Dengan dorongan (driving force) di sini dimaksudkan : desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan- kebutuhan hidup dan merupakan kecenderungan untuk mempertahankan hidup.
e. Menurut Walgito (2002) motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau tomove yang berarti kekuatan dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force).
f. Menurut Caplin (1993) motif adalah suatu keadaan ketegangan di dalam individu yang membangkitkan, memelihara dan mengarahkan tingkah laku menuju pada tujuan atau sasaran. Motif juga dapat diartikan sebagai tujuan jiwa yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi di sekitarnya. (Woodworth dan Marques dalam Mustaqim, 1991).
g. Sedangkan menurut Koontz dalam Moekjizat (1984) motif adalah suatu keadaan dari dalam yang memberi kekuatan, yang menggiatkan atau menggerakkan, dan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan-tujuan tertentu.
h. MC. Donald (dalam Hamalik, 1992) motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurutnya terdapat tiga unsur yang berkaitan dengan motivasi yaitu :
h. MC. Donald (dalam Hamalik, 1992) motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurutnya terdapat tiga unsur yang berkaitan dengan motivasi yaitu :
- Motif dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, misalnya adanya perubahan dalam sistem pencernaan akan menimbulkan motif lapar.
- Motif ditandai dengan timbulnya perasaan (afectif arousal), misalnya karena Amin tertarik dengantema diskusi yang sedang diikuti, maka dia akan bertanya.
- Motif ditandai oleh reaksi-rekasi untuk mencapai tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Tiap respon merupakan suatu langkah ke arah mencapai tujuan. Contoh : si A ingin mendapat hadiah, maka ia belajar misalnya mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku, menempuh tes dan sebagainya.
i. Menurut Terry (dalam Moekjizat, 1984) motivasi adalah keinginan di dalam diri individu yang mendorong individu untuk bertindak.
j. Motivasi adalah keadaan internal organisme_ baik manusia ataupun hewan_yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Atau pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.
k. Menurut Sartain dalam Psychology Understanding of Human Behavior seperti yang dikutip Ngalim Poerwanto, yang dikutip Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku ke suatu tujuan atau perangsang.
Ada tiga poin penting dalam pengertian motivasi yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang, baik fisiologis maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi, sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi.
Terlepas dari beberapa definisi di atas, kita dapat mengambil tiga kata kunci yang berkaitan dengan pengertian motivasi, yaitu dorongan/ keinginan, tingkah laku, dan tujuan. Dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi merupakan dorongan dalam diri seseorang dalam usahanya mengarahkan tingkah laku untuk memenuhi keinginan, maksud dan tujuan .
B. Motif Dalam Al-Qur’an
Ketika manusia melakukan perbuatan, disadari atau tidak sebenarnya ia digerakkan oleh suatu sistem di dalam dirinya yang disebut sebagai sistem nafs. Isyarat tentang adanya tingkah laku manusia (motif) dalam sistem nafs dipaparkan Al-Qur’an dalam surat Yusuf ayat 53: ”Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Yusuf : 53). Isyarat di atas secara jelas mengisyaratkan adanya sesuatu di dalam sistem nafs yang menggerakkan tingkah laku manusia yang mengajak pada kejahatan .
Dalam ayat lain disebutkan :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqarah: 30)
Dalam ayat di atas, malaikat mengisyaratkan bahwa pada dasarnya manusia memiliki insting atau nalurimerusak. Meskipun manusia memiliki predikat khalifah di bumi, manusia memiliki dorongan jahat yang dapat menggerakkannya pada perbuatan merusak dan pertumpahan darah. Secara khusus Al-Qur’an mengisyaratkan tentang berbagai dorongan dalam diri manusia yang menggerakkan tingkah laku manusia . Dorongan-dorongan tersebut masih bersumber pada sistem nafs manusia, yang meliputi dorongan fisiologis dan psikologis.
a. Pengertian Motif
Menurut Winkel, 1996 (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), menyatakan Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Azwar (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), disebutkan bahwa Motif adalah suatu keadaan, kebutuhan, atau dorongan dalam diri seseorang yang disadari atau tidak disadari yang membawa kepada terjadinya suatu perilaku.
Dari beberapa pendapat di atas, maka kami dapat menyimpulkan bahwasannya Motif merupakan suatu dorongan dan kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Macam-Macam Motif
Menurut WoodWorth dan Marquis, 1957 (dalam DR. Nyayu khodijah, 2006), motif itu dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
- Motif yang berhubungan dengan kebutuhan Kejasmanian (organic needs), yaitu merupakan motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup individu atau organisme, misalnya motif minum, makan, kebutuhan pernapasan, seks, kebutuhan beristirahat.
- Motif darurat (emergency motives), yaitu merupakan motif untuk tindakan-tindakan dengan segera karena sekitar menuntutnya, misalnya motif untuk melepaskan diri dari bahaya, motif melawan, motif untuk mengatasi rintangan-rintangan, motif untuk bersaing.
- Motif Obyektif (obyective motives), yaitu merupakan motif untuk mengadakan hubungan dengan keadaan sekitarnya, baik terhadap orang-orang atau benda-benda. Misalnya, motif eksplorasi, motif manipulasi, minat. Minat merupakan motif yang tertuju kepada sesuatu yang khusus.
c. Kekuatan Motif
Suatu motif dikatakan kuat apabila motif itu dapat mengalahkan kekuatan motif yang lain. Sehubungan dengan hal tersebut beberapa eksperimen dilaksanakan untuk mengetahui tentang kekuatan motif-motif itu.
C. Pengertian Motivasi Dalam Dakwah
Dari penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi dalam dakwah adalah dorongan dalam diri seseorang dalam usahanya untuk memenuhi keinginan, maksud dan tujuan dalam mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah SWT untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan juga di akhirat.
Dalam proses kegiatan dakwah/ penerangan agama, pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan hidup manusia adalah mutlak perlu diperhatikan, karena tanpa dapat menghampiri motive-motive pokok manusia, pesan dakwah mustahil dapat mempengaruhi perilaku objek dakwah / penerangan agama sebagai yang diharapkan. dan dalam praktek dakwah, motive tersebut dapat dikembangkan melalui pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada orang-orang untuk aktif melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuannya dengan pengarahan kepada hal-hal yang tidak berlawanan dengan norma susila dan sosial. Bilamana dalam proses dakwah, jaminan rasa aman dapat direalisasikan dalam bentuk situasi dan kondisi kehidupan di lingkungan masyarakat dimana dakwah sedang dilangsungkan, maka masyarakat dengan mudah akan terdorong untuk menerima bahkan menaruh simpati serta mengaktualisasikan ke dalam perilaku pribadinya. Akan tetapi sebaliknya jika malah menimbulkan atau mengundang ancaman dari luar, maka sudah pasti mereka akan menolak bahkan antipati terhadap kegiatan dakwah .
Kepercayaan kepada yang maha Ghaib adalah suatu tenaga motivasi yang paling kuat dalam masyarakat, karena hal itu pada umumnya merupakan sumber kedamaian yang tahan lama, suatu dorongan keinginan untuk mempercayai-Nya adalah kekuatan pendorong yang potensial dalam kehidupan manusia. dan dalam usaha memperoleh hasil guna pelaksanaan dakwah, motive atau dorongan-dorongan di atas masih perlu diarahkan kepada tujuan proses dakwah yaitu mengendalikan, mengarahkan, mengembangakan dan memanfaatkan kemampuan tersebut bagi hubungan manusia sebagai makhluk individual dan sebagai anggota masyarakat. Daya tarik dakwah atau tabligh kepada sasaran adalah sangat ditentukan oleh kemampuan mengendalikan, mengarahkan, mengembangkan dan memanfaatkan motive-motive tersebut untuk diaktualisasikan dan diorientasikan kepada sasaran dakwah. Dan dalam proses kegiatan dakwah, faktor manusia adalah yang menjadi sasaran yang perlu didorong sedemikian rupa sehingga produktivitas dan kreativitas hidup individual dan sosial yang dijiwai oleh agama dapat berkembang karena hal tersebut menjadi kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Dalam proses dakwah, diharapkan seorang da’i mampu menggerakkan atau menimbulkan kekuatan dalam diri mad’u dan memimpin mad’u untuk bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang disampaikan .
Sudah menjadi fitrah manusia suka kepada yang menyenangkan dan benci kepada yang menakutkan, maka selayaknya bagi para da’i untuk memulai dakwahnya dengan memberi harapan yang menarik, mempesona dan menggembirakan sebelum memberikan ancaman. Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Musa ra., ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Serulah manusia ! Berilah kabar gembira dan janganlah membuat orang lari”. Seorang da’i seharusnya terlebih dahulu memberikan targhib (kabar gembira) sebelum tarhib (ancaman), mendorong, beramal dan menyebutkan faedah amal sebelum menakut-nakuti dengan bahaya riya, memberitahu keutamaan menyebarkan ilmu sebelum memberi peringatan kepada mereka tentang besarnya dosa menyembunyikan ilmu dan memotivasi untuk melaksanakan shalat pada waktunya sebelum memberikan peringatan tentang besarnya dosa meninggalkan shalat. Jadi memberi kabar gembira terlebih dahulu sebelum peringatan itu bisa membuat hati menerima dengan baik dan lega. Pemberian motivasi ini bisa menumbuhkan harapan dan optimisme seseorang. Jadi ringkasnya dalam berdakwah, hendaknya kita mendahulukan memberikan motivasi dan pencerahan.
D. Peranan Motivasi Dalam Proses Dakwah
Motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakkan, mengarahkan dan menopang tingkah laku manusia. Motivasi mengarahkan tingkah laku individu ke arah suatu tujuan, menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan individu tersebut. Tujuan motivasi bagi seorang da’i adalah menggerakkan atau memacu objek dakwah (mad’u) agar timbul kesadaran membawa perubahan tingkah laku sehingga tujuan dakwah dapat tercapai. Selanjutnya seorang da’i dituntut untuk mengarahkan tingkah laku mad’u sesuai dengan tujuan dakwah kemudian menopang tingkah laku mad’u dengan menciptakan lingkungan yang dapat menguatkan dorongan-dorongan tersebut. Penting bagi seorang da’i mengetahui motif-motif mendesak dari sasaran dakwahnya agar seorang da’i mampu menyesuaikan materi dakwah, metode dakwah atau strategi dakwah yang tepat, sehingga tujuan dakwah dapat tercapai.
Dakwah secara luwes dilakukan dengan memandang dasar-dasar Islam (Al-Qur’an dan Hadis) dengan cakrawala yang luas yang berarti tidak semua dalil dapat digunakan dalam setiap keadaan tetapi kemungkinan ada dalil lain yang lebih cocok dan relevan. Seperti dalam firman Allah : ” Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas “. (Q.S Al-Baqarah : 190). Ayat tersebut di atas adalah perintah Allah terhadap Nabi SAW dan orang-orang yang beriman di saat melakukan ibadah haji dan umrah di Baitul Haram (Mekkah) untuk menjaga kemungkinan orang-orang kafir Quraisy memerangi kaum muslimin.
BAB III
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Tujuan motivasi bagi seorang da’i adalah menggerakkan atau memacu objek dakwah (mad’u) agar timbul kesadaran yang membawa perubahan tingkah laku sehingga tujuan dakwah dapat tercapai. Dalam proses dakwah di harapkan seorang da’i mamppu menggerakkan atau menimbulkan kekuatan dalam diri mad’u dan memimpin mad’u untuk bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang disampaikan. Selanjutnya seorang da’i dituntut untuk mengarahkan tingkah laku mad’u dengan menciptakan lingkungan yang dapat menguatkan dorongan-dorongan tersebut. Sehingga motivasi mempunyai peranan penting sebagai pendekatan sosiologi. Penting bagi seorang da’i mengetahui motif-motif mendesak dari sasaran dakwahnya agar seorang Da’i mampu menyesuaikan materi dakwah, metode dakwah atau strategi dakwah yang tepat agar tujuan dakwah dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Khodijah,Nyayu.2006.Psikologi Belajar.Palembang:IAIN Raden Fatah Press
Partini, Sri. 1995. Psikologi Perkembangan. Ikip Yogyakarta.
Anshari, Hafi. Pemahaman Dan Pengamalan Dakwah Pedoman Untuk Mujahid Dakwah. Surabaya: Al-Ikhlas, 1993.
Arifin, M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, cet. 5. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Faizah dan Effendi, Lalu Muchsin. Psikologi Dakwah, cet. 1. Jakarta: Kencana, 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar